Minggu, 27 Januari 2013

REMEDIAL METODE RISET

ANALISIS PENGARUH PENETAPAN HARGA DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUTUSAN KONSUMEN BERBELANJA PADA RITEL INDOMART DI JAKARTA

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1            LATAR BELAKANG MASALAH
Industri ritel yang tumbuh pesat dewasa ini merupakan hasil dari meningkat nya beragam hasil produksi yang dikemas dan ditata dalam rupa yang lebih menarik, dan juga keperluan konsumen terhadap barang meningkat baik dalam kualitas maupun kuantitas. Peluang inilah yang ditangkap oleh pemodal asing yang  demikian agresif membangun jaringan ritel di kota-kota besar di Indonesia.

Ketatnya persaingan membuat pemasar sulit untuk bersaing dalam inovasi produk. Perkembangan teknologi yang semakin canggih juga menyebabkan sesuatu hal baru dengan mudah dapat ditiru oleh orang lain, sehingga peranan layan konsumen menjadi penting. Kualitas yang ditawarkan akhirnya tidak hanya ditentukan oleh kualitas produk tetapi juga oleh kualitas jasa (Kartajaya, 1994: 34)

Melihat banyaknya konsumen yang mempunyai keinginan dan kebutuhan beraneka ragam saat ini, membuat peluang besar bagi para pelaku bisnis untuk mendirikan tempat ritel modrn dan besar, bisa dilihat saat ini ritel yang besar dengan menggunakan konsep modern seperti Hypermart, Giant, Carefour, dan masih banyak lainnya.

Oleh karna itu, penelitian dilatarbelakangi oleh timbulnya fenomena persaingan antar penyediaan barang dan jasa ritel modern. Maju dan berkembangnya suatu ritel modern ini ditentukan oleh banyaknya jumlah konsumen yang berkunjung dan jumlah barang yang konsumen beli pada ritel modern tersebut. Keputusan konsumen dalam memilih berbelanja dipengaruhi  oleh beberapa factor, yaitu : fasilitas yang baik dan memadai dan citranya sebagai tempat berbelanjayang nyaman, lengkap, dan yang paling penting keamanan nya dan dapatb memberikan pelayanan yang terbaik agar terciptanya kepuasan konsumen


1.2            MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:
      1. Apakah penentapan harga dan kualitas pelayanan yang baik berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan konsumen berbelanja di Indomaret Jalan Raya Penggilingan Jakarta Timur ?
     2. Faktor manakah yang paling dominan dalam mempengaruhi keputusan konsumen berbelanja di Indomaret Jalan Raya Penggilinga Jakarta Timur ?
1.3            TUJUAN
1.     Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh penentapan harga dan kualitas pelayanan yang baik terhadap keputusan konsumen berbelanja di Indomaret Di Jalan Raya  Penggilingan Jakarta Timur
2.     Untuk mengetahui dan menganalisis faktor yang paling dominan, yang menjadi keputusan konsumen berbelanja diIndomaret Di Jalan Raya Penggilingan Jakarta Timur

1.4 KERANGKA PEMIKIRAN

Mendapatkan suatu kepercayaan dari konsumen adalah hal yang terpenting di dalam sebuah perusahaan ritel. Kepercayaan konsumen tersebut tentunya dapat diperoleh melalui pelayanan dengan sebaik-baiknya yang diberikan oleh konsumen dan penetapan harga. Dengan memberikan pelayanan terbaik, diharapkan dapat memberikan kepuasan tersendiri bagi konsumen, sehingga konsumen akan menggunakan jasa dari perusahaan tersebut sewaktu konsumen sedang membutuhkannya.


BAB 2
LANDASAN TEORI

2.1 Teori
Marketing Mix
Ada beberapa definisi mengenai pemasaran diantaranya adalah :
a. Philip kotler (marketing) pemasaran adalah kegiatan manusia yang diarahkan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran.
b. Menurut philip kotler dan amstrong pemasaran adalah sebagai suatu proses sosial dan managerial yang membuat individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan lewat penciptaan dan pertukaran timbal balik produk dan nilai dengan orang lain.
c. Pemasaran adalah suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menentukan harga, promosi dan mendistribusikan barang- barang yang dapat memuaskan keinginan dan mencapai pasar sasaran serta tujuan perusahaan.
d. Menurut w stanton pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan pembeli maupun pembeli potensial.

konsep marketing mix merupakan salah satu konsep dalam pemasaran modern pada saat sekarang ini. dimana konsep tersebut adalah salah satu kegiatan pemasaran yang sangat menentukan keberhasilan perusahaan dalam mengejar maksimum profit.
dalam hal ini swastha (1985 : 94) memberikan pengertian marketing mix adalah empat variabel atau kegiatan yang merupakan inti dari sistem pemasaran perusahaan yaitu produk, struktur harga, kegiatan promosi dan sistem distribusi. selanjutnya kotler (1985 : 45-48) mengemukakan bahwa marketing mix dapat dibagi menjadi 4 p sebagai berikut :
product (produk)
price (harga)
place (distribusi/tempat)
promotion (promosi)
keempat produk di atas merupakan penentu dalam menganalisa pasar secara keseluruhan, selanjutnya penulis akan menguraikan keempat komponen di atas sebagai berikut :
1. product (produk)
produk adalah sesuatu yang dapat ditawarkan pada suatu pasar guna mendapatkan perhatian untuk dimiliki, digunakan, dikonsumsi yang dapat memuaskan kebutuhan. suatu produk dapat berupa suatu benda, jasa dan keinginan lain-lain untuk melukiskan sesuatu yang dapat memenuhi keinginan. untuk itu setiap pengusaha harus mengetahui perkembangan kebutuhan konsumen melalui penelitian pasar agar dapat mengetahui dan dapat menyesuaikan diri dalam menciptakan produk.
2. price (harga)
harga merupakan alat untuk mengukur nilai suatu barang, harga bagi produsen merupakan penentu bagi permintaan pasar dan mempengaruhi posisi pesaing perusahaan dalam merebut konsumen. harga merupakan indicator dari pada barang, dalam menetapkan harga perlu hati-hati dalam memperhatikan potensi pasar. oleh sebab itu, menentukan harga perlu diperhatikan agar harga yang ditetapkan dapat dijangkau oleh konsumen disamping itu dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan.
3. place (distribusi/tempat)
produk yang telah dihasilkan oleh suatu perusahaan akan lebih berguna bagi kensumen/pembeli apabila produk tersebut tersedia pada tempat dan saat dimana saja dibutuhkan. dalam pencapain tujuan utama dari pemasaran yakni menyalurkan barang-barang atau jasa.secara efisien dari produsen ke konsumen, maka diperlukan adanya kegiatan penyaluran (distribusi) sebagai mata rantai yang harus dilalui oleh barang-barang dari produsen ke konsumen pada waktu dan jumlah yang tepat. barang yang dihasilkan oleh para produsen biasanya tidak secara langsung mereka menjualnya kepada konsumen, tetapi biasanya mereka melalui suatu perantara agar produk yang dihasilkan dapat dengan mudah sampai ke tangan konsumen. basu swastha ( 1990: 190) memberikan defenisi tentang saluran distribusi sebagai berikut: saluran distribusi untuk suatu barang adalah saluran yang digunakan oleh produsen untuk menyalurkan barang tersebut dari produsen sampai ketangan konsumen sebagai pemakai. saluran distribusi yang digunakan adalah suatu struktur yang menggambarkan alternativ saluran yang dipilih oleh para produsen seperti: pedagang besar, agen, dan pengencer.
Hal ini produsen mempunyai 3 alternatif yaitu:
a. Distribusi insentif
Distribusi ini dapat digunakan oleh para produsen yang menjual komponen perusahaan yang berusaha menggunakan penyalur terutama pengecer sebanyak-banyaknya untuk mendekati para konsumen. usaha ini dimaksudkan untuk mempercepat pemenuhan kebutuhan konsumen, semakin cepat para konsumen terpenuhi kebutuhannya maka semakin cepat pula terpenuhi kepuasannya.

b. Distribusi selektif
Perusahaan yang menggunakan distribusi ini berusaha memilih sejumlah pedagang besar atau pengecer, agen yang terbatas dalam suatu daerah. saluran ini biasanya digunakan untuk memasarkan suatu produk baru (barang special) apabila distribusi ini menguntungkan dari distribusi insentif maka jumlah pengecer atau agen yang digunakan akan lebih terbatas.

c. Distribusi ekslusif
Saluran ini dilakukan oleh perusahaan dan hanya menggunakan suatu pedagang besar atau pengecer dalam daerah tertentu. jadi produsen hanya menjual produknya kepada suatu pedangang besar saja dengan mengunakan satu penyelur, maka produsen akan lebih mudah dapat mengadakan pengawasan pada tingkat harga enceran maupun usaha kerja sama dengan penyalur dalam periklanan. pemilihan saluran distribusi merupakan suatu masalah yang sangat penting sebab keterlambatan barang-barang sampai ketangan kosumen dapat menturangi keuntungan yang diterima oleh perusahaan.

4 Promotion (promosi)
promosi adalah suatu usaha perusahaan atau individu memberikan informasi dan mempengaruhi serta menarik konsumen sicara lansung terhadap produk yang dihasilkan. promosi adalah cara yang efektif dalam merebut konsumen dipasaran, serta memperkenalkan barang-barang baru yang diproduksi.promosi adalah cara yang efektif dalam merebut konsumen dipasaran, serta memperkenalkan barang-barang baru yang diproduksi.  lebih mudah dapat mengadakan pengawasan pada tingkat harga enceran maupun usaha kerja sama dengan penyalur dalam periklanan. pemilihan saluran distribusi merupakan suatu masalah yang sangat penting sebab keterlambatan barang-barang sampai ketangan kosumen dapat menturangi keuntungan yang diterima oleh perusahaan.

Pengertian Harga
harga adalah nilai estimasi penjual terhadap arti ekspresi nilai yang menyangkut kegunaan dan kualitas produk, citra yang terbentuk melalui iklan dan promosi, ketersediaan produk melalui jaringan distribusi serta layanan yang menyertai suatu produk (kartajaya, 2002 : 481). jadi harga tidaklah sekedar perhitungan biaya-biaya ditambah sejumlah persentase tertentu sebagai tingkat keuntungan yang diharapkan. dalam bukunya, kotler (2001:439) mengungkapkan harga adalah sejumlah uang yang dibebankan atas suatu produk atau jumlah dari nilai yang ditukar konsumen atas manfaat-manfaat karena memiliki atau menggunakan produk tersebut.
Tujuan Penetapan Harga
Menurut lovelock dan patterson dalam tjiptono (2005:193), tujuan umum penetapan harga adalah untuk mendukung strategi bauran pemasaran secara keseluruhan. setiap keputusan mengenai strategi penetapan harga harus didasarkan pada pemahaman secara mendalam atas tujuan sepesifik yang ingin perusahaan capai.

Strategi penetapan harga
strategi penentuan harga (pricing) sangat signifikan dalam pemberian nilai produk kepada konsumen dan mempengaruhi imageproduk, serta keputusan konsumen untuk membeli. menurut tjiptono (2005:198-200) strategi penerapan harga jasa adalah sebagai berikut :
a.     penetapan harga berdasarkan kepuasan (statisfaction-based pricing)
Tujuan utamanya adalah untuk mengurangi ketidakpastian yang dirasakan pelanggan. bentuk implementasinya adalah sebagai berikut:
                garansi jasa (service guarantees): penetapan harga disertai garansi,
                benefit-driven pricing : penetapan harga berdasarkan manfaat,
                flate-rate pricing : penetapan harga berdasarkan biaya aktual.

  b. relationship pricing
adalah penetapan harga berdasarkan upaya yang menarik, mempertahankan, dan meningkatkan relasi dengan para konsumen, seperti :



1. Long-Term Contracts, yaitu:
penetapan harga berdasarkan kontrak dengan insentif harga dan non harga kepada pelanggan agar mereka bersedia mengikat diri pada relasi jangka panjang.
2. Price Bundling, yaitu:
adalah strategi penetapan harga dengan menjual satu jasa atau lebih dalam satu paket. harga satu paket harus lebih murah daripada harga total masing-masing item bila dijual terpisah.
3. Efficiency Pricing, yaitu:
strategi penetapan harga melalui pemahaman, pengelolaan dan penekanan biaya. sebagian atau keseluruhan penghematan biaya akan diteruskan kepada para pelanggan dalam bentuk harga yang lebih murah.
dalam bukunya, tjiptono juga menambahkan metode penetapan harga konvensional dalam sektor jasa (tjiptono, 2005:201-203), yaitu:
cost-based pricing, yaitu: metode penetapan harga berdasarkan perhitungan biaya- biaya finansial.
competition-based pricing, yaitu: strategi ini berfokus pada harga yang ditetapkan oleh perusahaan-perusahaan lain dalam industri atau pasar yang sama.
demand-based pricing (value-based pricing), yaitu: menetapkan harga konsisten dengan persepsi pelanggan terhadap nilai.
strategi penetapan harga jasa berdasarkan persepsi pelanggan terhadap nilai, yaitu:
a.Nilai adalah harga murah;
discounting yaitu penetapan harga yang disertai dengan diskon
odd pricing : pemberian harga ganjil agar lebih dipersepsikan murah
synchro-pricing : pengelolaan harga berdasarkan sifat strategis 
penetration pricing : penetapan harga murah untuk percobaan 
b.Nilai adalah sesuatau yang diinginkan dari sebuah jasa;
prestige pricing : penetapan harga mahal untuk kualitas prestisius
skimming pricing : penetapan harga mahal dengan dana besar promosi 
c.Nilai adalah kualitas yang didapatkan;
value pricing : penetapan harga berdasarkan paket
market segmentation pricing : penetapan harga berdasarkan segmen pasar.
d. Nilai adalah semua yang telah diberikan;
price framing : mengorganisasi harga berdasarkan referensi akurat
price bundling : menetapkan harga berdasarkan paket
complementary pricing : menetapkan harga untuk sifatnya melengkapi
results-based pricing : menetapkan harga berdasarkan hasil jasa
keputusan pembelian konsumen

pengambilan keputusan pada dasarnya merupakan proses pemecahan masalah yang diarahkan pada sasaran. kebanyakan konsumen, baik konsumen individu maupun pembeli organisasi melalui proses mental yang hampir sama dalam memutuskan produk/jasa dan merek apa yang akan dibeli.

a. Jenis-Jenis Pengambilan Keputusan Konsumen
proses pengambilan keputusan konsumen ketika melakukan pembelian adalah bervariasi, dikelompokkan menjadi 2 kategori :
1.Keputusan Pembelian Dengan Keterlibatan Tinggi
Keputusan pembelian dengan keterlibatan tingkat tinggi meliputi produk atau jasa secara psikologis penting bagi seorang konsumen karena dapat memenuhi kebutuhan sosial atau pribadinya. untuk mengurangi resiko sehubungan dengan pembelian produk/jasa dengan keterlibatan tinggi, banyak konsumen yang terlibat dalam proses pengambilan keputusan yang kompleks. mereka mencari informasi secara luas dari berbagai sumber untuk mengevaluasi produk/jasa pilihan untuk meminimalkan kemungkinan konsekuensi negatif yang tidak terduga setelah pembelian.
2.Keputusan Pembelian Dengan Keterlibatan Rendah
adalah keputusan pembelian produk/jasa yang biasanya tidak membutuhkan keterlibatan tinggi dan penting bagi konsumen. pencarian informasi untuk mengevaluasi merek alternatif biasanya sedikit.
b.Proses Pengambilan  Keputusan
Menurut setiadi (2003:16-19), proses pengambilan keputusan terdiri dari lima tahap, yaitu: pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, pengevaluasian alternatif, pencarian informasi, keputusan pembelian, dan perilaku setelah pembelian.

1. Pengenalan Kebutuhan
Tahap pertama proses pengambilan keputusan pembelian di mana konsumen menyadari adanya masalah kebutuhan dan terdapat perbedaan antara kondisi sesungguhnya dengan kondisi yang diinginkannya. kebutuhan ini dapat disebabkan oleh rangsangan internal dalam kasus pertama dari kebutuhan normal seseorang, seperti rasa lapar, haus ataupun rangsangan eksternal seseorang ketika konsumen melewati suatu toko, misalnya toko makanan yang dapat merangsang rasa laparnya.

2. Pencarian Informasi
Tahap pencarian informasi timbul ketika seorang konsumen yang mulai timbul minatnya akan terdorong untuk mencari informasi kebih banyak. dalam hal ini, sumber informasi konsumen dapat dibagi menjadi empat kelompok yaitu (1) sumber pribadi : keluarga, teman, tetangga, kenalan; (2) sumber komersil : iklan, tenaga penjualan, penyalur, kemasan dan pameran; (3) sumber umum : media massa, organisasi konsumen; dan (4) sumber pengalaman : pernah menangani, menguji, menggunakan produk.
3.Pengevaluasian  Alternatif
Tahap pengevaluasi alternatif merupakan tahap tentang bagaimana konsumen menggunakan informasi untuk mengevaluasi berbagai alternatif di dalam serangkaian pilihan untuk membuat keputusan akhir. konsumen mungkin mengembangkan seperangkat kepercayaan terhadap pilihan tertentu dimana setiap pilihan memiliki ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan yang lain.

4.Keputusan Pembelian
Tahap keputusan pembelian ini merupakan tahap lanjutan dari pengevaluasian alternatif dimana tahap ini dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu (1) intensitas sikap negatif orang lain terhadap alternatif pilihan konsumen; (2) motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang lain itu; (3) faktor-faktor keadaan yang tidak terduga dan (4) faktor-faktor pertimbangan konsumen lainnya seperti pendapatan keluarga yang diharapkan, harga yang diharapkan, dan manfaat produk yang diharapkan.

5. Perilaku Setelah Pembelian
Tahap perilaku setelah pembelian dapat berupa kepuasan atau ketidakpuasan. dalam hal ini jika konsumen merasa puas setelah pemakaian maka konsumen tersebut dapat merekomendasikannya kepada rekan-rekannya apabila diperhadapkan pada pilihan yang sama. sebaliknya apabila konsumen merasa tidak puas misalnya barang yang dibelinya ada kerusakan maka ia akan meminta produsen barang tersebut untuk memprosesnya, namun apabila tanggapan konsumen tidak diperhatikan maka ia akan menjadi referensi negatif bagi rekan-rekannya apabila diperhadapkan pada pilihan yang sama.

2.2 Penelitian Terdahulu
Pujiyono Andy Kridasusila fakultas ekonomi universitas semarang, dengan judul "analisis pengaruh kualitas layanan terhadap minat pembelian ulang dengan kepuasan pelanggan sebagai variabel intervening (studi kasus di toko alfamart jati raya semarang)".  tujuan peneliti ini untuk untuk menguji pengaruh kualitas layanan terhadap minat pembelian ulang dengan kepuasan pelanggan sebagai media intervening di toko alfamart. uji validitas dan uji reabilitas menunjukkan bahwa semua variable dalam penelitian ini adalah valid dan realibel. data diolah mengunakan analisis regresi linier berganda, yaitu y1= 0,750x1 kemudian y2= 0,503x1 + 0,347y1. hasil pembahasan membuktikan bahwa penelitian ini sesuai dengan hipotesisnya. hasilnya adalah kualitas layanan berpengaruh positif terhadap kepuasan pelanggan dan dengan kepuasan pelanggan sebagai variable intervening berpengaruh positif terhadap minat pembelian ulang. variabel kualitas layanan (0,503) berpengaruh lebih besar dibandingkan dengan kepuasan pelanggan (0,347). koefisien determinasi (adjusted r square) sebesar 0,629 yang menunjukkan bahwa kualitas layanan dan kepuasan pelanggan secara bersama-sama dapat mempengaruhi sebesar 62,9%, sedangkan sisanya 37,1% dipengaruhi oleh variabel lainnya yang tidak diteliti dalam penelitian ini seperti promosi, citra merek, dan lain-lain.

edy suryawardana, sri yuni widowati, witjaksono e.h. (dosen fakultas ekonomi), dengan judul " analisis pengaruh kualitas pelayanan dan kepuasan pelanggan dalam pembentukan intensitas pembelian konsumen di indomaret terwaralaba ( studi kasus indomaret terwaralaba cv. kirana semarang )". tujuan peneliti ini untuk menganalisis pengaruh antara kualitas pelayanan terhadap pembentukan intensitas pembelian konsumen di indomaret. dan untuk menganalisis pengaruh antara kepuasan konsumen terhadap pembentukan intensitas pembelian konsumen di indomaret. berdasarkan hasil penelitian, maka dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut :
kualitas pelayanan mempunyai pengaruh terhadap intensitas pembelian, hal ini dibuktikan dengan nilai signifikansi 0,028 < 0,05. dengan demikian hipotesis diterima.
kepuasan konsumen mempunyai pengaruh terhadap intensitas pembelian, hal ini dibuktikan dengan nilai signifikansi 0,000 < 0,05. dengan demikian hipotesis diterima
nilai adjusted r square sebesar 0,666 yang menunjukkan bahwa kualitas pelayanan dan kepuasan konsumen dapat menjelaskan intensitas pembelian di swalayan indomaret terwaralaba cv. kirana sebesar 66,6%, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diamati seperti harga, promosi, dan kualitas produk.
raudhah maria ulfah fakultas ekonomi, universitas gunadarma (2008), dengan judul "analisis variabel pembentuk kepuasan konsumen pada ritel hipermarket di depok". tujuan peneliti ini adalah untuk mengidentifikasi variabel pembentuk kepuasan konsumen pada ritel hipermarket di depok dan ingin mengetahui seberapa besar hubungan antar variabel pembentuk kepuasan konsumen pada ritel hipermarket di depok. dari lima variabel yang telah diuji dan dianalisis dapat disimpulkan sebagai berikut:
hubungan antar variabel pembentuk kepuasan konsumen pada ritel carefour di depok adalah signifikan.
variabel bukti fisik, keandalan, daya tanggap, jaminan dan empati mampu membentuk komponen utama kepuasan konsumen.
dari lima variabel yang paling dominan membentuk kepuasan konsumen pada ritel carefour  adalah variabel daya tanggap.
dengan mengetahui bahwa lima variabel kualitas jasa dapat membentuk kepuasan konsumen pada ritel hipermarket di depok, maka penelitian ini bisa menjadi masukan bagi pengusaha ritel modern untuk lebih memahami konsumen dan mengaplikasikannya kedalam strategi pemasaran. daya tanggap menunjukkan variabel yang paling mendominasi dalam membentuk kepuasan konsumen berbelanja pada ritel hipermarket di depok, untuk variabel-variabel yang lain perlu adanya evaluasi dan peningkatan pelayanan yang telah disediakan agar pelayanan kualitas jasa yang disediakan pada ritel carefour  diterima baik oleh konsumen.

2.3 Hipotesis
Kualitas layanan adalah perspektif konsumen dalam jangka panjang dan merupakan evaluasi kognitif dari transfer jasa. jadi kualitas layanan dapat di ukur melalui persepsi pelanggan mengenai jasa yang diberikan oleh suatu perusahaan. dengan di lakukannya penelitian di berbagai lokasi atau tempat yaitu semarang dan depok maka yang mempengaruhi kepuasan konsumen pada ritel modern yaitu penentapan harga dan kulitas pelayanan yang baik. faktor tersebut merupakan alternative yang memenuhi atau melebihi harapan terlaksananya rencana atau kegiatan dalam memberikan layanan dengan baik. maka dari beberapa faktor tersebut ,merupakan faktor – faktor yang mempengaruhi kepuasan konsumen di indomaret Jakarta.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
Variabel fasilitas (place) dan kualitas pelayanan (promotion) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan konsumen berbelanja di indomaret Jakarta. variabel kualitas pelayanan (promotion) merupakan variabel yang berpengaruh dominan dalam mempengaruhi keputusan konsumen berbelanja di alfamart di jalan raya narogong bekasi 







BAB 3
METODELOGI PENELITIAN

3.1 Metodelogi 
Data penelitian ini menggunakan 2 (dua) jenis dan sumber data yaitu:
Data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari responden yang terpilih pada lokasi penelitian. data primer diperoleh dengan memberikan kuesioner dan melakukan wawancara kepada responden terpilih.
Data sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui studi pustaka dengan mempelajari berbagai tulisan dari buku, jurnal, majalah dan internet untuk mendukung penelitian ini.
Eksplorasi Data
1.Populasi
populasi penelitian ini adalah konsumen yang datang berbelanja di alfamart bekasi. rata-rata jumlah konsumen di alfamart bekasi setiap bulan yaitu sebanyak 720 orang.
2.Sampel
penentuan jumlah sampel pada penelitian ini menggunakan rumus slovin, sebagai berikut:

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiNOyaxml_G4n59q3HOFwTd9hncK6Kz2oCdjqJmzRtUaZV2PQKTbTk5SMH5yuLv_t0Ve_fV3F6AGOADDqra5x1npvoV_iAObmMgJdiWu68uJeouWBfmJpE-1SDMV0XNZhLahQCDsZAv4Qw/s320/rumus.jpg





keterangan :
n = jumlah sampel
n = populasi
e = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir.

Variabel dan indikator
a. Harga (x1), merupakan sejumlah uang  yang diberikan kepada alfamart bekasi oleh konsumen  indikatornya ialah:
Keterjangkauan konsumen terhadap tarif harga yang ditetapkan oleh pemilik indomaret Jakarta
kesesuaian penetapan tarif harga dengan fasilitas-fasilitas yang ada di indomaret  Jakarta
Tarif harga yang diterapkan di Iindomaret  Jakarta tidak mengalami fluktuasi sewaktu-waktu.

b. Promosi (x2), merupakan kegiatan yang dilakukan pemilik alfamart bekasi untuk meningkatkan jumlah konsumen dalam upaya mencapai target penjualan. indikatornya ialah:
Periklanan (advertising), seperti spanduk, papan nama.
Promosi penjualan (sales promotion), yaitu promosi 5000.
hubungan masyarakat (public relation), yaitu hubungan yang baik yang terbina antara pemilik dengan stakeholders khususnya pelanggan.

c. Keputusan konsumen menggunakan jasa (y), merupakan hasil dari proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh konsumen di alfamart bekasi yang dipengaruhi oleh faktor harga dan faktor promosi. indikatornya ialah:
Penetapan harga (pricing) yang mempengaruhi keputusan konsumen.
Promosi yang dilakukan untuk mempengaruhi keputusan konsumen.
Model penelitian


y = a + b1x1 + b2x2
dimana :
y         = keputusan konsumen
a          = konstanta
b1, b2   = koefisien regresi berganda
x1       = tempat ( place)
x2       = promosi (promotion)







Sabtu, 26 Januari 2013

PERILAKU KONSUMEN


PERILAKU KONSUMEN INDONESIA
Pasar adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi jual beli. Indonesia harus menjadi pasar bagi orang Indonesia sendiri. Penjualnya adalah orang Indonesia. Konsumennya bolehlah konsumen luar negeri namun KONSUMEN UTAMA-nya harus orang Indonesia.
Indonesia adalah negara kepulauan dengan jumlah penduduk yang banyak. Jumlah penduduk yang banyak ini menguntungkan bagi siapa yang menguasai pemasaran. Menjadi pemenang  dulu di pasar dalam negeri untuk kemudian selanjutnya merambah  pasar luar negeri.
Untuk memenangkan pasar, baik manufakturer mau retailer harus berorientasi pada konsumen. Kepuasan konsumen Itu kuncinya. Memenangkan pasar itu berbicara tentang target jangka panjang. Jika konsumen puas maka akan menimbulkan repeat order dan efek word of mouth pasti akan terjadi.
Untuk memenangkan pasar Indonesia maka manufakturer maupun retailer harus memahami bagaimana karakteristik konsumen Indonesia.

Ada 10 Karakteristik Konsumen Indonesia:
           1.  Memiliki pola pikir jangka pendek.
Pola pikir adalah hal dasar bagi seseorang dalam membuat keputusan. Keputusan yang diambil akan memberi pengaruh dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Pola pikir jangka pendek hanya memperhatikan manfaat dalam jangka waktu pendek saja. Oleh karena itu, produk-produk instan laku di pasar Indonesia.

2. Tidak  memiliki perencanaan.
Konsumen Indonesia tidak memiliki perencanaan dalam hidup mereka          termasuk dalam membuat perencaan dalam berbelanja. Perencanaan dalam berbelanja dapat diwujudkan dalam bentuk daftar belanjaan. Daftar belanjaan ini mengurangi pembelian yang tidak direncanakan. Oleh karena itu, konsumen Indonesia rata-rata sering melakukan pembelian barang-barang yang tidak direncanakan sebelumnya. 

3. Cenderung berkelompok dan suka berkumpul.
Konsumen Indonesia memiki kecenderungan suka berkelompok dan berkumpul.  Saat berkumpul dan berkelompok akan timbul pembicaraan. Dalam pembicaraan tersebut akan menimbulkan efek words of mouth.Efek words of mouth akan menimbulkan kemungkinan ada konsumen baru dari konsumen yang terpuaskan. Dari konsumen yang terpuaskan akan menimbulkan repeat orders.

4.Tidak adapatif dengan teknologi baru
Survey yang dilakukan oleh Frontier pada tahun 2010 ini menyatakan bahwa konsumen Indonesia tidak adaptif terhadap teknologi. Fasilitas M-Banking dan Internet belum digunakan secara maksimal. Fasilitas M-Banking dan Internet yang sudah ada di dalam ponsel yang digunakan oleh konsumen Indonesia namun belum digunakan secara       maksimal. 

5. Fokus pada konten bukan konteks.                



Keanekaragaman budaya dan adat istiadat sudah tidak lagi menjadi alasan dalam memilih dan menggunakan suatu produk. Globalisasi membuat konsumen Indonesia memiliki karakteristik tidak banyak dipengaruhi lagi oleh budaya local

Konten adalah informasi yang tersedia melalui media atau produk elektronik.Konteks adalah suatu uraian atau kalimat yg dapat mendukung atau menambah kejelasan makna. Informasi yang tersedia di media atau produk elektronik lainnya tentu saja tidak memberikan informasi yang jelas.

6. Menyukai barang-barang produksi luar negeri.
Harga acapkali dibandingkan dengan kualitas. Semakin tinggi harga dianggap semakin bagus kualitasnya. Harga barang-barang produksi luar negeri mayoritas memiliki harga lebih tinggi daripada barang-barang produksi dalam negeri. Gengsi menjadi salah satu alasan juga mengapa konsumen Indonesia lebih menyukai barang-barang produksi luar negeri.

7.  Semakin memperhatikan masalah religious.
Indonesia adalah negara beragama. Konsumen Indonesia menjadi lebih sensitif untuk hal-hal yang berbau keaagamaan. Produk dan jasa yang berbau agama semakin lebih banyak digemari.

 8. Suka pamer dan gengsi
Kecenderungan manusia adalah ingin dipuji. Konsumen Indonesia yang berasal dari golongan ekonomi menengah ingin dipuji jika bisa membeli barang yang tidak bisa dibeli orang lain. Konsumen Indonesia dari golongan ekonomi atas membeli barang-barang branded supaya  dipuji dan sebagai prestise karena gengsi.

9. Tidak banyak dipengaruhi oleh budaya lokal.



10. Kurang mempedulikanlingkungan

Perubahan iklim adalah isu yang popular di abad 21. Isu tentang lingkungan menjadi penting terkait tentang pemanasan produk. Perusahaan berlomba-lomba untuk ikut andil dalam lingkungan. Produk yang akan diproduksi sudah  dirancang supaya sustainable terhadap lingkungan. Lain halnya dengan konsumen luar negeri, konsumen Indonesia masih belum peduli akan  lingkungan.
10 karakteristik konsumen Indonesia ini merupakan hasil survey sebuah lembaga survey di tahun 2010.   Beberapa hal sudah bergeser tentu saja dan semoga akan terus bergeser ke arah yang lebih baik.
Misalnya pada point ke empat. Konsumen Indonesia sudah melek dengan teknologi. Perangkat seluler hampir semuanya sudah terkoneksi dengan internet. Jumlah pengguna perangkat seluler Indonesia pun sudah mencapai 60% dari jumlah keseluruhan penduduk Indonesia.
Semoga saja, point ke 6 pun akan segera bergeser menjadi KONSUMEN INDONESIA BANGGA PRODUKSI DALAM NEGERI

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Ada dua faktor yang mempengaruhi konsumen yaitu, ada faktor dari dalam diri pribadi konsumen itu  sendiri dan ada faktor yang berasal dari luar salah satunya adalah lingkungan, social, maupun budaya. Perilaku konsumen adalah proses dan aktifitas ketika seseorang berhubungan dengan pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan serta pengevaluasian produk dan jasa demi memenuhi kebutuhan dan keinginan.

Sumber: http://tentangretail.blogspot.com/2012/06/10-karakteristik-konsumen-indonesia-2.html

Rabu, 16 Januari 2013

PERILAKU KONSUMEN


CONSUMER INNOVATIVENESS
Inovasi adalah anggapan seseorang untuk setiap barang, jasa atau gagasan yang
dianggap sebagai sesuatu yang baru. Hal tersebut mungkin merupakan produk, jasa atau
gagasan yang memiliki sejarah yang lama, tetapi hal tersebut tetap merupakan inovasi bagi
orang yang memandangnya sebagai sesuatu yang baru mereka ketahui (Kottler, 2005).
Keinovatifan pelanggan (consumer innovativeness) adalah keinginan yang dimiliki oleh
pelanggan untuk mencari hal-hal baru, mencari perbedaan yang ada dari produk tersebut,
mencoba, mengadopsi dan membeli produk atau hal-hal baru lebih cepat dan lebih sering
dari orang lain. Pelanggan yang innovatif memiliki tingkat penggunaan produk,
pengetahuan produk, dan pendapat atas suatu produk baru yang tinggi (Hirschman, 1980;
Midgley dan Dowling, 1978; dalam Hirunyawipada dan Paswan, 2006; Hirunyawipada dan
Paswan, 2006; Goldsmith dan Hofacker, 1991; Goldsmith 2000; 2002 dalam Ramirez dan
Goldsmith, 2009; Engel et al., 1986; Goldsmith dan Hofacker, 1991; Foxal,1995; Rogers, 1983
dalam Munnuka, 2005; Steenkamp et al., 1999 dalam Xie, 2008). Pelanggan inovatif
cenderung memperoleh  informasi baru dan memiliki  ide tentang produk baru. Dengan
demikian, mereka cenderung berperan sebagai pengadopsi awal dan juga sebagai
pemimpin opini  (opinion leader) untuk produk-produk baru (Midgley dan Downey, 1978
dalam Xie, 2008). Pelanggan ini dapat menyebarkan informasi kepada para calon
pelanggan yang lain (Citrin et al., 2000 dalam Xie, 2008).


Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Inovasi Pelanggan (Kottler, 2005):
1. Keunggulan relatif (relative advantage), yaitu sejauh mana inovasi tersebut bisa menjadi
lebih unggul dibandingkan dengan produk-produk yang sudah ada.
2. Kesesuaian  (compability), yaitu sejauh mana inovasi tersebut sesuai dengan nilai-nilai
dan pengalaman yang sebelumnya sudah dimiliki oleh masyarakat atau pelanggan.
3. Kerumitan (complexity), yaitu sejauh mana inovasi tersebut relatif sukar dimengerti atau
digunakan oleh masyarakat atau pelanggan.
4. Kemampuan dipecah-pecah  (divisibility), yaitu sejauh mana inovasi tersebut dapat
dicoba secara terbatas oleh pelanggan. Hal ini dapat didukung oleh penggunapengguna lain seperti sistem penyewaan, dan lain-lain.
5. Kemampuan dikomunikasikan  (communicability),  yaitu sejauh mana inovasi tersebut
dapat memberikan hasil-hasil yang menguntungkan sehingga hasil dari penggunaannya
dapat diamati atau dijelaskan kepada orang lain.

CONTOH :
Dari sekian banyak inovasi di dunia, hanya sedikit yang mampu bertahan hidup dan muncul sebagai produk konsumen. Inovasi produk diikuti oleh para innovator dan early adopter, mereka yang ‘mau memahami teknologi’. Tetapi para early dan late majority selalu akan menunggu hingga ‘teknologi yang mengerti Anda’. Laggards adalah mereka yang ngotot tidak mau mengikuti teknologi.
Produk berada pada siklus early dan late majority ketika kita tidak perlu menjelaskan apa itu produk, contoh: handphone dan Internet sekarang berada pada siklus ini. Tetapi database Oracle dan SAP akan tetap untuk para innovator dan early adopter karena mereka hidup dari niche market.
Ketika berada di siklus innovator dan early adopter, product leadership selalu bisa dijual dengan harga premium karena itu adalah nature dari market ini seperti halnya komputer SGI. Market ini selalu membutuhkan solution provider karena merekalah yang akan menggabungkan berbagai teknologi untuk menjadi solusi siap pakai.
Intel adalah contoh perusahaan yang mampu melakukan innovation terus menerus. Innovation tidak berarti teknologi harus kompatibel dengan masa lalu, seperti halnya teknologi AMPS, GSM dan CDMA pada handphone, atau Wordstar dan Miscrosoft Word untuk software pengolah kata. DuPont yang terkenal dengan Lycra (bahan stretch), Teflon dan CFC (chloro fluoro carbon, bahan AC) merupakan contoh perusahaan kimia yang selalu muncul dengan innovation dan ketika produk mulai menjadi komoditi, mereka akan menjualnya karena profit terlalu kecil.
Para pemasar seringkali berusaha untuk mempelajari perilaku dari para consumer innovators, yaitu mereka yang selalu menjadi yang pertama untuk mencoba hal-hal baru baik barang, jaa maupun kegiatan-kegiatan baru. Tanggapan dari para innovator ini seringkali merupakan gambaran mengenai akan sukses atau tidaknya suatu produk dipasaran.

COMPULSIVE CONSUMPTION CONSUMER
Perilaku Konsumsi yang Kompulsif Konsumsi yang kompulsif termasuk perilaku yang abnormal yang merupakan contoh ”sisi gelap konsumsi”. Para konsumen yang kompulsif cenderung kecanduan; dalam beberapa hal mereka tidak dapat mengendalikan diri, dan tindakan mereka dapat berakibat merusak diri sendiri dan orang-orang di sekeliling mereka.

CONTOH KASUS:

Contohnya adalah berjudi yang tidak dapat dikendalikan, kecanduan obat bius alkoholisme, dan berbagai penyimpangan makanan dan minuman. Untuk mengendalikan atau menghilangkan masalah kompulsif tersebut biasanya diperlukan beberapa tipe terapi atau perlakuanklinis.
Kepribadian merk menghubungkan berbagai sifat atau karakteristik ”mirip-kepribadian” pada berbagai merk di berbagai macam golongan produk.
Contohnya pada jeansLevi’s 501 adalah dapat diandalkan dan kuat, sejati dan asli, dan orang Amerikadan orang Barat. Citra merek yang mirip kepribadian seperti itu mencerminkan visi konsumen mengenai intisari dari berbagai merek produk konsumen yang kuat.Personifikasi MerkPersonifikasi merek yaitu berusaha menuangkan kembali persepsi konsumen mengenaisifat-sifat produk atau jasa ”karakter manusiawi”. Banyak konsumen yang menyatakan perasaan diri mereka mengenai produk atau merek menurut kepribadian yang mereka kenal. Mengenali hubungan kepribadian merek konsumen sekarang ini atau menciptakan hubungan kepribadian untuk produk baru merupakan tugas pemasaran yang penting. Mr. Coffee, merek alat pembuat kopi yang populer dan menetes secara otomatis menggambarkan hubungan konsumen-merek. Para konsumen menyebut Mr.Coffee seolah-olah produk tersebut adalah seseorang. Jadi Mr.Coffee dipandang sebagai seseorang yang dapat diandalkan, bersahabat, efisien, cerdas, dan hebat. Ada lima dimensi yang menentukan kepribadian merek yaitu ketulusan, kegairahan, kemampuan, kecanggihan, dan kekuatan, dan segi-segi kepribadian yang mengalir dari tiap dimensi seperti ketulusan hati, keberanian, cerdas, dan luwes. Kerangka inI cenderung menampung berbagai kepribadian merek yang dikejar oleh berbagai produk konsumen.Kepribadian Produk Dan Gender Kepribadian produk atau pesona sering melengkapi produk atau merek dengan gender. Pemberian gender sebagai bagian dari gambaran kepribadian produk sesuai sekalidengan realitas pasar bahwa produk dan jasa, pada umumnya dipandang oleh konsumen mempunyai gender. Misalnya kopi dan pasta gigi merupakan produk maskulin, sedangkan sabun mandi dan shampo dipandang sebagai produk feminin.Kepribadian Dan Warna Konsumen tidak hanya mengaitkan sifat-sifat kepribadian ke produk dan jasa tetapi mereka juga cenderung menghubungkan berbagai faktor kepribadian ke berbagai warna khusus. Contohnya, Coca Cola dihubungkan dengan merah yang mengandung arti kegembiraan. Kuning dihubungkan dengan sesuatu yang baru, dan hitam sering mengandung arti kecanggihan. Kombinasi hitam dan putih menunjukkan bahwa produk dibuatdengan teliti, berteknologi tinggi, dan desainnya canggih. Nike menggunakan warna hitam, putih, dan sedikit merah untuk berbagai model sepatu olahraganya yangterpilih yang secara tidak langsung menyatakan ”sepatu olahraga berkinerja tinggi”. Untuk mengungkapkan pandangan tersebut, para peneliti menggunakan berbagai macam teknik pengukuran kualitatif,seperti observasi, kelompok fokus, wawancara yang mendalam, dan teknik proyektif.


CONSUMER ETHNOCENTRISM

Konsumen dengan etnosentrisme tinggi akan cenderung memiliki perasaan bersalah apabila mengonsumsi produk dari luar negeri karena berakibat buruk pada perekonomian bangsanya sendiri. Adapun konsumen dengan etnosentrisme rendah tidak merasakan hal tersebut. Implikasinya bagi pemasar adalah penggunaan penekanan pada aspek kebangsaan dalam penggunaan produk dalam negeri bagi konsumen dengan tingkat etnosentrisme tinggi.
Etnosentrisme konsumen berasal dari konsep psikologis yang lebih umum dari etnosentrisme. Pada dasarnya, orang etnosentris cenderung memandang kelompok mereka sebagai superior dari orang lain. Dengan demikian, mereka memandang kelompok lain dari perspektif mereka sendiri, dan menolak orang-orang yang berbeda dan menerima orang-orang yang mirip (Netemeyer et al, 1991;. Shimp & Sharma, 1987). Hal ini, pada gilirannya, berasal dari teori-teori sosiologi sebelumnya di-kelompok dan keluar-kelompok (Shimp & Sharma, 1987). Etnosentrisme, maka secara konsisten ditemukan, adalah normal untuk kelompok-ke-keluar kelompok (Jones, 1997, Ryan & Bogart, 1997).
Etnosentrisme konsumen khusus mengacu pada pandangan etnosentris yang diselenggarakan oleh konsumen di satu negara, dalam kelompok, terhadap produk dari negara lain, keluar-kelompok (Shimp & Sharma, 1987). Konsumen mungkin percaya bahwa itu tidak tepat, dan bahkan mungkin tidak bermoral, untuk membeli produk-produk dari negara lain.
Pembelian produk asing dapat dipandang sebagai tidak layak karena biaya pekerjaan domestik dan melukai ekonomi. Pembelian produk asing bahkan dapat dilihat sebagai hanya patriotik (Klein, 2002; Netemeyer et al, 1991;. Sharma, Shimp, & Shin, 1995; Shimp & Sharma, 1987).
Etnosentrisme konsumen individu memberikan pemahaman tentang apa pembelian yang diterima oleh kelompok-, serta perasaan identitas dan milik.Bagi konsumen yang tidak etnosentris, atau polisentris konsumen, produk dievaluasi berdasarkan jasa-jasa mereka eksklusif asal-usul kebangsaan, atau bahkan mungkin dilihat lebih positif karena mereka asing (Shimp & Sharma, 1987; Vida & Dmitrovic, 2001).
Brodowsky (1998) mempelajari etnosentrisme konsumen di antara pembeli mobil di Amerika Serikat dan menemukan hubungan positif yang kuat antara etnosentrisme tinggi dan negara-berbasis bias dalam evaluasi mobil. Konsumen dengan etnosentrisme rendah muncul untuk mengevaluasi mobil lebih didasarkan pada manfaat dari mobil sebenarnya bukan negara asalnya.Brodowsky menunjukkan bahwa etnosentrisme konsumen pemahaman sangat penting dalam memahami negara asal efek.
Anteseden Beberapa etnosentrisme konsumen telah diidentifikasi oleh berbagai penelitian. Konsumen yang cenderung kurang etnosentris adalah mereka yang masih muda, mereka yang laki-laki, orang-orang yang berpendidikan lebih baik, dan mereka dengan tingkat pendapatan yang lebih tinggi (Balabanis et al, 2001;. Baik & Huddleston, 1995, Sharma et al, 1995)
Balabanis et al. menemukan bahwa faktor-faktor penentu etnosentrisme konsumen dapat bervariasi dari satu negara ke negara dan budaya ke budaya. Di Turki, patriotisme ditemukan motif yang paling penting untuk etnosentrisme konsumen. Ini, itu diteorikan, adalah karena budaya kolektivis Turki, dengan patriotisme menjadi ekspresi penting dari kesetiaan kepada kelompok. Di Republik Ceko lebih individualistis, perasaan nasionalisme berdasarkan rasa superioritas dan dominasi muncul untuk memberikan kontribusi yang paling penting untuk etnosentrisme konsumen.


CONTOH KASUS:

Mudahnya ketika saya dan Metta sedang makan siang dengan kecap, di mana orang-orang Indonesia suka kecap, beberapa teman Taiwan memperhatikan kami, dan beberapa berkata,  aneh. Saya diam, dan kesimpulan yang saya ambil hanya satu, "orang2 Taiwan tidak makan dengan kecap, atau kecap tidak biasa dimakan dengan nasi." saya tidak sampai hati bilang orang Taiwan aneh karena kami makan dengan kecap, karena toh apa bedanya saya dengan mereka pada akhirnya?

Sama dengan kebiasaan mandi pagi hari yang jarang dilakukan orang Taiwan. Awalnya saya kaget, tapi dengan itu saya belajar kedepannya, hanya karena saya mandi setiap pagi bukan berarti tidak mandi itu aneh. Karena seandainya saya bilang hal itu aneh, apalagi namanya kalau bukan meninggikan diri sendiri dan menganggap semua yang tidak sama adalah lebih rendah?

Sumber :
-          http://www.kamusbrand.com/?p=24
-          http://asmoodie.blogspot.com/2012_11_01_archive.html