CONSUMER
INNOVATIVENESS
Inovasi
adalah anggapan seseorang untuk setiap barang, jasa atau gagasan yang
dianggap sebagai
sesuatu yang baru. Hal tersebut mungkin merupakan produk, jasa atau
gagasan yang memiliki
sejarah yang lama, tetapi hal tersebut tetap merupakan inovasi bagi
orang yang memandangnya
sebagai sesuatu yang baru mereka ketahui (Kottler, 2005).
Keinovatifan pelanggan
(consumer innovativeness) adalah keinginan yang dimiliki oleh
pelanggan untuk mencari
hal-hal baru, mencari perbedaan yang ada dari produk tersebut,
mencoba, mengadopsi dan
membeli produk atau hal-hal baru lebih cepat dan lebih sering
dari orang lain.
Pelanggan yang innovatif memiliki tingkat penggunaan produk,
pengetahuan produk, dan
pendapat atas suatu produk baru yang tinggi (Hirschman, 1980;
Midgley dan Dowling,
1978; dalam Hirunyawipada dan Paswan, 2006; Hirunyawipada dan
Paswan, 2006; Goldsmith
dan Hofacker, 1991; Goldsmith 2000; 2002 dalam Ramirez dan
Goldsmith, 2009; Engel
et al., 1986; Goldsmith dan Hofacker, 1991; Foxal,1995; Rogers, 1983
dalam Munnuka, 2005;
Steenkamp et al., 1999 dalam Xie, 2008). Pelanggan inovatif
cenderung
memperoleh informasi baru dan
memiliki ide tentang produk baru. Dengan
demikian, mereka
cenderung berperan sebagai pengadopsi awal dan juga sebagai
pemimpin opini (opinion leader) untuk produk-produk baru
(Midgley dan Downey, 1978
dalam Xie, 2008).
Pelanggan ini dapat menyebarkan informasi kepada para calon
pelanggan yang lain
(Citrin et al., 2000 dalam Xie, 2008).
Faktor-faktor Yang
Mempengaruhi Tingkat Inovasi Pelanggan (Kottler, 2005):
1. Keunggulan relatif
(relative advantage), yaitu sejauh mana inovasi tersebut bisa menjadi
lebih unggul
dibandingkan dengan produk-produk yang sudah ada.
2. Kesesuaian (compability), yaitu sejauh mana inovasi
tersebut sesuai dengan nilai-nilai
dan pengalaman yang
sebelumnya sudah dimiliki oleh masyarakat atau pelanggan.
3. Kerumitan
(complexity), yaitu sejauh mana inovasi tersebut relatif sukar dimengerti atau
digunakan oleh
masyarakat atau pelanggan.
4. Kemampuan
dipecah-pecah (divisibility), yaitu
sejauh mana inovasi tersebut dapat
dicoba secara terbatas
oleh pelanggan. Hal ini dapat didukung oleh penggunapengguna lain seperti
sistem penyewaan, dan lain-lain.
5. Kemampuan
dikomunikasikan (communicability), yaitu sejauh mana inovasi tersebut
dapat memberikan
hasil-hasil yang menguntungkan sehingga hasil dari penggunaannya
dapat diamati atau
dijelaskan kepada orang lain.
CONTOH :
Dari sekian banyak inovasi di dunia, hanya sedikit yang
mampu bertahan hidup dan muncul sebagai produk konsumen. Inovasi produk diikuti
oleh para innovator dan early adopter, mereka yang ‘mau memahami teknologi’.
Tetapi para early dan late majority selalu akan menunggu hingga ‘teknologi yang
mengerti Anda’. Laggards adalah mereka yang ngotot tidak mau mengikuti
teknologi.
Produk berada pada siklus early dan late majority ketika
kita tidak perlu menjelaskan apa itu produk, contoh: handphone dan Internet
sekarang berada pada siklus ini. Tetapi database Oracle dan SAP akan tetap
untuk para innovator dan early adopter karena mereka hidup dari niche market.
Ketika berada di siklus innovator dan early adopter,
product leadership selalu bisa dijual dengan harga premium karena itu adalah
nature dari market ini seperti halnya komputer SGI. Market ini selalu
membutuhkan solution provider karena merekalah yang akan menggabungkan berbagai
teknologi untuk menjadi solusi siap pakai.
Intel adalah contoh perusahaan yang mampu melakukan
innovation terus menerus. Innovation tidak berarti teknologi harus kompatibel
dengan masa lalu, seperti halnya teknologi AMPS, GSM dan CDMA pada handphone,
atau Wordstar dan Miscrosoft Word untuk software pengolah kata. DuPont yang terkenal
dengan Lycra (bahan stretch), Teflon dan CFC (chloro fluoro carbon, bahan AC)
merupakan contoh perusahaan kimia yang selalu muncul dengan innovation dan
ketika produk mulai menjadi komoditi, mereka akan menjualnya karena profit
terlalu kecil.
Para pemasar seringkali berusaha untuk mempelajari
perilaku dari para consumer innovators, yaitu mereka yang selalu menjadi yang
pertama untuk mencoba hal-hal baru baik barang, jaa maupun kegiatan-kegiatan
baru. Tanggapan dari para innovator ini seringkali merupakan gambaran mengenai
akan sukses atau tidaknya suatu produk dipasaran.
COMPULSIVE CONSUMPTION
CONSUMER
Perilaku Konsumsi yang Kompulsif Konsumsi yang
kompulsif termasuk perilaku yang abnormal yang merupakan contoh ”sisi gelap
konsumsi”. Para konsumen yang kompulsif cenderung kecanduan; dalam beberapa hal
mereka tidak dapat mengendalikan diri, dan tindakan mereka dapat berakibat
merusak diri sendiri dan orang-orang di sekeliling mereka.
CONTOH KASUS:
Contohnya adalah berjudi yang tidak dapat
dikendalikan, kecanduan obat bius alkoholisme, dan berbagai penyimpangan
makanan dan minuman. Untuk mengendalikan atau menghilangkan masalah kompulsif
tersebut biasanya diperlukan beberapa tipe terapi atau perlakuanklinis.
Kepribadian merk menghubungkan berbagai sifat atau karakteristik
”mirip-kepribadian” pada berbagai merk di berbagai macam golongan produk.
Contohnya pada jeansLevi’s 501 adalah dapat diandalkan dan kuat,
sejati dan asli, dan orang Amerikadan orang Barat. Citra merek yang mirip
kepribadian seperti itu mencerminkan visi konsumen mengenai intisari dari
berbagai merek produk konsumen yang kuat.Personifikasi MerkPersonifikasi merek
yaitu berusaha menuangkan kembali persepsi konsumen mengenaisifat-sifat produk
atau jasa ”karakter manusiawi”. Banyak konsumen yang menyatakan perasaan diri
mereka mengenai produk atau merek menurut kepribadian yang mereka kenal.
Mengenali hubungan kepribadian merek konsumen sekarang ini atau menciptakan
hubungan kepribadian untuk produk baru merupakan tugas pemasaran yang penting.
Mr. Coffee, merek alat pembuat kopi yang populer dan menetes secara otomatis
menggambarkan hubungan konsumen-merek. Para konsumen menyebut Mr.Coffee
seolah-olah produk tersebut adalah seseorang. Jadi Mr.Coffee dipandang sebagai
seseorang yang dapat diandalkan, bersahabat, efisien, cerdas, dan hebat. Ada
lima dimensi yang menentukan kepribadian merek yaitu ketulusan, kegairahan,
kemampuan, kecanggihan, dan kekuatan, dan segi-segi kepribadian yang mengalir
dari tiap dimensi seperti ketulusan hati, keberanian, cerdas, dan luwes.
Kerangka inI cenderung menampung berbagai kepribadian merek yang dikejar oleh
berbagai produk konsumen.Kepribadian Produk Dan Gender Kepribadian produk atau
pesona sering melengkapi produk atau merek dengan gender. Pemberian gender sebagai
bagian dari gambaran kepribadian produk sesuai sekalidengan realitas pasar
bahwa produk dan jasa, pada umumnya dipandang oleh konsumen mempunyai gender.
Misalnya kopi dan pasta gigi merupakan produk maskulin, sedangkan sabun mandi
dan shampo dipandang sebagai produk feminin.Kepribadian Dan Warna Konsumen
tidak hanya mengaitkan sifat-sifat kepribadian ke produk dan jasa tetapi mereka
juga cenderung menghubungkan berbagai faktor kepribadian ke berbagai warna
khusus. Contohnya, Coca Cola dihubungkan dengan merah yang mengandung arti
kegembiraan. Kuning dihubungkan dengan sesuatu yang baru, dan hitam sering
mengandung arti kecanggihan. Kombinasi hitam dan putih menunjukkan bahwa produk
dibuatdengan teliti, berteknologi tinggi, dan desainnya canggih. Nike menggunakan
warna hitam, putih, dan sedikit merah untuk berbagai model sepatu olahraganya
yangterpilih yang secara tidak langsung menyatakan ”sepatu olahraga berkinerja
tinggi”. Untuk mengungkapkan pandangan tersebut, para peneliti menggunakan
berbagai macam teknik pengukuran kualitatif,seperti observasi, kelompok fokus,
wawancara yang mendalam, dan teknik proyektif.
CONSUMER ETHNOCENTRISM
Konsumen dengan
etnosentrisme tinggi akan cenderung memiliki perasaan bersalah apabila
mengonsumsi produk dari luar negeri karena berakibat buruk pada perekonomian
bangsanya sendiri. Adapun konsumen dengan etnosentrisme rendah tidak merasakan
hal tersebut. Implikasinya bagi pemasar adalah penggunaan penekanan pada aspek
kebangsaan dalam penggunaan produk dalam negeri bagi konsumen dengan tingkat
etnosentrisme tinggi.
Etnosentrisme konsumen
berasal dari konsep psikologis yang lebih umum dari etnosentrisme. Pada
dasarnya, orang etnosentris cenderung memandang kelompok mereka sebagai
superior dari orang lain. Dengan demikian, mereka memandang kelompok lain dari
perspektif mereka sendiri, dan menolak orang-orang yang berbeda dan menerima
orang-orang yang mirip (Netemeyer et al, 1991;. Shimp & Sharma, 1987). Hal
ini, pada gilirannya, berasal dari teori-teori sosiologi sebelumnya di-kelompok
dan keluar-kelompok (Shimp & Sharma, 1987). Etnosentrisme, maka secara
konsisten ditemukan, adalah normal untuk kelompok-ke-keluar kelompok (Jones,
1997, Ryan & Bogart, 1997).
Etnosentrisme konsumen khusus mengacu pada
pandangan etnosentris yang diselenggarakan oleh konsumen di satu negara, dalam
kelompok, terhadap produk dari negara lain, keluar-kelompok (Shimp &
Sharma, 1987). Konsumen mungkin percaya bahwa itu tidak tepat, dan bahkan
mungkin tidak bermoral, untuk membeli produk-produk dari negara lain.
Pembelian produk asing
dapat dipandang sebagai tidak layak karena biaya pekerjaan domestik dan melukai
ekonomi. Pembelian produk asing bahkan dapat dilihat sebagai hanya
patriotik (Klein, 2002; Netemeyer et al, 1991;. Sharma, Shimp, & Shin, 1995;
Shimp & Sharma, 1987).
Etnosentrisme konsumen
individu memberikan pemahaman tentang apa pembelian yang diterima oleh
kelompok-, serta perasaan identitas dan milik.Bagi konsumen yang tidak etnosentris, atau
polisentris konsumen, produk dievaluasi berdasarkan jasa-jasa mereka eksklusif
asal-usul kebangsaan, atau bahkan mungkin dilihat lebih positif karena mereka
asing (Shimp & Sharma, 1987; Vida & Dmitrovic, 2001).
Brodowsky (1998) mempelajari etnosentrisme
konsumen di antara pembeli mobil di Amerika Serikat dan menemukan hubungan
positif yang kuat antara etnosentrisme tinggi dan negara-berbasis bias dalam
evaluasi mobil. Konsumen dengan etnosentrisme rendah muncul untuk mengevaluasi
mobil lebih didasarkan pada manfaat dari mobil sebenarnya bukan negara asalnya.Brodowsky
menunjukkan bahwa etnosentrisme konsumen pemahaman sangat penting dalam
memahami negara asal efek.
Anteseden Beberapa
etnosentrisme konsumen telah diidentifikasi oleh berbagai penelitian. Konsumen yang
cenderung kurang etnosentris adalah mereka yang masih muda, mereka yang
laki-laki, orang-orang yang berpendidikan lebih baik, dan mereka dengan tingkat
pendapatan yang lebih tinggi (Balabanis et al, 2001;. Baik & Huddleston,
1995, Sharma et al, 1995)
Balabanis et al. menemukan bahwa
faktor-faktor penentu etnosentrisme konsumen dapat bervariasi dari satu negara
ke negara dan budaya ke budaya. Di Turki, patriotisme ditemukan motif yang
paling penting untuk etnosentrisme konsumen. Ini, itu diteorikan, adalah
karena budaya kolektivis Turki, dengan patriotisme menjadi ekspresi penting
dari kesetiaan kepada kelompok. Di Republik Ceko lebih individualistis,
perasaan nasionalisme berdasarkan rasa superioritas dan dominasi muncul untuk
memberikan kontribusi yang paling penting untuk etnosentrisme konsumen.
CONTOH KASUS:
Mudahnya ketika saya dan Metta sedang makan
siang dengan kecap, di mana orang-orang Indonesia suka kecap, beberapa teman
Taiwan memperhatikan kami, dan beberapa berkata, aneh. Saya diam,
dan kesimpulan yang saya ambil hanya satu, "orang2 Taiwan tidak makan
dengan kecap, atau kecap tidak biasa dimakan dengan nasi." saya tidak
sampai hati bilang orang Taiwan aneh karena kami makan dengan kecap, karena toh
apa bedanya saya dengan mereka pada akhirnya?
Sama dengan kebiasaan
mandi pagi hari yang jarang dilakukan orang Taiwan. Awalnya saya kaget, tapi
dengan itu saya belajar kedepannya, hanya karena saya mandi setiap pagi bukan
berarti tidak mandi itu aneh. Karena seandainya saya bilang hal itu aneh,
apalagi namanya kalau bukan meninggikan diri sendiri dan menganggap semua yang
tidak sama adalah lebih rendah?
Sumber :
-
http://asmoodie.blogspot.com/2012_11_01_archive.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar